Sabtu, 30 April 2011

4 PINTU MASUK MAKSIAT PADA MANUSIA bag I (Al Lahazhat)


Al Lahazhat ( Pandangan pertama)

Yang satu ini bisa dikatakan sebagai ‘provokator’ syahwat, atau ‘utusan’ syahwat. Oleh karenanya, menjaga pandangan merupakan pokok dalam usaha menjaga kemaluan. Maka barang siapa yang melepaskan pandangannya tanpa kendali, niscaya dia akan menjerumuskan dirinya sendiri pada jurang kebinasaan.
Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda:

“Janganlah kamu ikuti pendangan (pertama) itu dengan pandangan (berikutnya). Pandangan
(pertama) itu boleh buat kamu, tapi tidak dengan pandangan selanjutnya.” ( HR. At Turmudzi,
hadits hasan ghorib ).

Dan di dalam musnad Imam Ahmad, diriwayatkan
dari Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam ,
beliau bersabda :

“Pandangan itu adalah panah beracun dari panah panah iblis. Maka barang siapa yang memalingkan pandangannya dari kecantikan seorang wanita, ihlas karena Allah semata, maka Allah akan memberikan di hatinya kelezatan sampai pada hari kiamat.” ( HR. Ahmad )

Beliau juga bersabda :

“Palingkanlah pandangan kalian, dan jagalah kemaluan kalian.” (HR. At Thobrani dalam Al
mu’jam al kabir )

Dalam hadits lain beliau bersabda :

“Janganlah kalian duduk duduk di ( tepi ) jalan”,mereka berkata : “ya Rasulallah, tempat tempat
duduk kami pasti di tepi jalan”, beliau bersabda :“Jika kalian memang harus melakukannya, maka hendaklah memberikan hak jalan itu”, mereka bertanya : “Apa hak jalan itu ?”, beliau menjawab : “Memalingkan pandangan ( dari hal hal yang dilarang Allah, pent.), menyingkirkan gangguan,dan menjawab salam.” ( HR. Muslim )

Pandangan adalah asal muasal seluruh musibah yang menimpa manusia. Sebab, pandangan itu
akan melahirkan lintasan dalam benak, kemudian lintasan itu akan melahirkan pikiran, dan pikiran itulah yang melahirkan syahwat, dan dari syahwat itu timbullah keinginan, kemudian keinginan itu menjadi kuat, dan berubah menjadi niat yang bulat. Akhirnya apa yang tadinya melintas dalam pikiran menjadi kenyataan, dan itu pasti akan terjadi selama tidak ada yang menghalanginya. Oleh karena itu, dikatakan oleh sebagian ahli hikmah bahwa “bersabar dalam menahan pandangan mata ( bebannya ) adalah lebih ringan dibanding harus menanggung beban penderitaan yang ditimbulkannya.”

Seorang penyair mengatakan :

- Setiap kejadian musibah itu bermula dari pandangan, seperti kobaran api berasal dari
percikan api yang kecil.
- Betapa banyak pandangan yang berhasil menembus kedalam hati pemiliknya, seperti
tembusnya anak panah yang dilepaskan dari busur dan talinya.
- Seorang hamba, selama dia masih mempunyai kelopak mata yang digunakan untuk memandang orang lain, maka dia berada pada posisi yang membahayakan.
- ( Dia memandang hal hal yang ) menyenangkan matanya tapi membahayakan jiwanya, maka
janganlah kamu sambut kesenangan yang akan membawa malapetaka. Diantara bahaya pandangan Pandangan yang dilepaskan begitu saja itu akan menimbulkan perasaan gundah, tidak tenang dan hati yang terasa dipanas panasi. Seseorang bisa saja melihat sesuatu, yang sebenarnya dia tidak mampu untuk melihatnya secara keseluruhan, karena dia tidak sabar untuk melihatnya. Tentu merupakan siksaan yang berat pada batin anda, bila ternyata anda melihat sesuatu yang anda sendiri tidak bisa sabar untuk tidak melihatnya, walaupun sebagian dari sesuatu tersebut, namun anda juga tidak mampu untuk melihatnya.

Seorang penyair berkata :

Bila suatu hari engkau lepaskan pandangan matamu mencari ( mangsa ) untuk hatimu,
niscaya apa apa yang dipandangnya akan melelahkan ( menyiksa ) diri kamu sendiri.Engkau melihat sesuatu yang engkau tidak mampu untuk melihatnya secara keseluruhan dan engkau juga tidak bisa bersabar untuk tidak melihat ( walau hanya ) sebagian dari sesuatu itu.
Lebih jelasnya, bait syair di atas maksudnya : engkau akan melihat sesuatu yang engkau tidak
sabar untuk tidak melihatnya walaupun sedikit, namun saat itu juga engkau tidak mampu untuk
melihatnya sama sekali walaupun hanya sedikit. Betapa banyak orang yang melepaskan
pandangannya tanpa kendali, akhirnya dia binasa dengan pandangan pandangan itu sendiri.

Seperti yang diungkapkan oleh seorang penyair :

Wahai orang yang memandang, tidaklah dia sampai tuntas menyelesaikan pandangannya,
sehingga dia sendiri akan menjauh dan jatuh binasa karena pandangan pandangannya sendiri.
Ada untaian bait lain yang mengatakan : (Mungkin) dia sudah bosan selamat, sehingga
dia biarkan pandangannya menyaksikan apa yang menurutnya indah. Begitulah ; dia terus melanjutkan satu pandangan dengan pandangan yang lain, sehingga ahirnya dia menjauh dan jatuh binasa karena pandangan pandangannya sendiri. Suatu hal yang lebih mengherankan, yaitu bahwa pandangan yang dilakukan oleh seseorang itu merupakan anak panah yang tidak pernah mengena pada sasaran yang dipandang, sementara anak panah itu benar benar mengena
di hati orang yang memandang.


Ada untaian bait syair yang mengatakan :

wahai orang yang dengan sungguh sungguh melempar anak panah pandangannya, engkaulah
sebenarnya yang menjadi korban dari apa yang kamu lempar itu dan engkau tidak berhasil
membidik orang yang engkau pandang. Dan orang yang melepas pandangannya dia akan
kehilangan kesehatannya. ( oleh karena itu ) tahanlah pandanganmu, agar tidak mendatangkan
musibah kepadamu. Suatu hal yang lebih mengherankan lagi, yaitu bahwa satu pandangan (padahal yang dilarang ) itu dapat melukai hati dan (dengan pandangan yang baru ) berarti dia menoreh luka baru di atas luka lama ; namun ternyata derita yang di timbulkan oleh luka luka itu tak mencegahnya untuk kembali terus menerus melukainya. Kau senantiasa mengikutkan satu pandangan dengan pandanganlainnya untuk menyaksikan ( wanita ) cantik dan ( pria ) tampan.Dan kau mengira bahwa itu dapat mengobati luka ( syahwat )mu, padahal dengan itu berarti kau menoreh luka di atas luka. Kau korbankan matamu dengan pandangan dan tangisan, sementara hatimu juga ( menjerit seperti ) disembelih habis habisan. Oleh karena itu dikatakan : “sesungguhnya menahan pandangan hatimu itu lebih mudah dari
pada menahan langgengnya penyesalan.”